Pernahkah Anda membaca judul berita online yang begitu menggoda tapi saat kita baca isinya tidak sesusai dengan judulnya. Kalaupun ada yang sesuai, kita diajak bertele-tele dulu membaca semua alenia tulisan karena poin penting dari berita tersebut diletakkan di bagian paling bawah. Kalau Anda berjumpa dengan tulisan model begini, itu tandanya Anda sedang terperangkap dalam jebakan Batman yang bernama clickbait atau dalam Bahasa Indonesia disebut umpan klik.
Namun, sebelum membahas jurnalisme umpan klik, kita pahami dulu prinsip-prinsip jurnalistik. Dosen sekaligus guru besar jurnalistik Indonesia, AM Hoetasohoet mengatakan, jurnalistik adalah ilmu yang mempelajari cara penyampaian isi pernyataan manusia atau peristiwa yang penting dan berguna kepada manusia lain dengan cara periodik. Sebagai ilmu maka penerapannya pun memiliki kaidah tersendiri. Menulis berita tidak sama dengan jenis tulisan yang lain. Berita sejatinya ditulis dengan singkat dan padat. Judul dengan lead harus sesuai karena judul adalah perasaan dari lead sehingga menjadi satu kesatuan. Prinsip jurnalistik adalah fakta dan verifikasi.
Bagaimana dengan jurnalisme umpan klik?
Fenomena umpan klik muncul di era digital sekarang ini, baik di website
maupun aplikasi tertentu. Tujuannya
adalah mengajak pembaca atau warganet mengklik berita atau artikel sehingga
masuk ke dalam situs tersebut sehingga media online yang menerapkan umpan klik
memperoleh page view atau jumlah klik yang banyak.
Ankesh
Anand dari Indian Institute of Technology dalam tulisannya yang berjudul “We used Neural Networks to Detect Clickbaits:
You won’t believe what happened Next!” mengatakan bahwa clickbait merupakan
istilah untuk judul berita yang dibuat untuk menggoda pembaca. Biasanya
menggunakan bahasa yang provokatif nan menarik perhatian.
Pertanyaannya, apakah umpan klik
dibenarkan? Jawabnya ya, sah-sah saja karena memang salah satu tugas penulis
adalah mengajak orang untuk membaca karyanya dan judul adalah cara untuk
menarik perhatian pembaca.
unsplash.com |
Judul yang menarik, menggoda, nakal,
menggelitik adalah seni mengajak orang untuk membaca. Umpan klik dibolehkan selama tujuannya
menarik perhatian, merangsang orang untuk membaca dan tentunya dengan menyelaraskan antara judul dengan isi tulisan agar pembaca tidak seperti melihat kotak yang indah namun saat dibuka zonk alias tidak
sesuai harapan.
Dalam konteks jurnalistik, judul harus menjiwai keseluruhan isi berita.
Yang sering terjadi sekarang, judul dipakai hanya untuk daya tarik semata
sementara isinya tidak mencerminkan apa yang ditulis di judul. Bahkan judul
yang ditulis sama sekali tidak ada dalam tulisan atau kalaupun ada hanya
diletakkan di alenia sempit paling bawah pula.
Logika Digital & Umpan Klik
Kenapa umpan klik seringkali digunakan para jurnalis atau pengelola
media online atau para redaktur? Logikanya mirip dengan program televisi yang
menjaga rating dari Nielsen. Kenapa teve seringkali manayangkan program horor,
berita tawuran dan kriminal, candaan lebay dan menampilkan artis-artis viral
meski tidak berkualitas atau sinetron yang menguras perasaan pemirsa? Karena
ratingnya tinggi.
Nah di media online, rating itu ditentukan oleh banyaknya orang yang
mengakses, berapa lama membaca dan artikel mana yang paling banyak dibaca sehingga
banyak pengelola media online berlomba-lomba menaikkan jumlah pembaca dengan
cara membuat artikel yang paling banyak dibaca dengan judul yang bombastis.
Jumlah page view yang tinggi akan
memberikan dampak pada perolehan iklan.
Di era sekarang, salah satu sistem iklan adalah AdSense. Pengelola media
online atau situs web akan memperoleh pendapatan saat pembaca mengklik iklan
yang ditawarkan AdSense atau hanya sekadar membaca di halaman yang diklik.
Kondisi ini menjadikan page view
menjadi raja bagi situs web untuk mendapatkan uang. Umpan klik menjadi kunci
untuk menambah page view.
Namun sebenarnya media online yang teralu sering menipu pembaca dengan umpan
klik akan menuai ketidakpercayaan publik pembaca. Mereka akan hafal judul-judul
tipuan yang hanya mengejar page view padahal isinya hanya cerita latar belakang
dan bunga-bunga yang tidak banyak informasi baru. Sehingga akan ada kejenuhan
yang diciptakan sendiri oleh media online tersebut.
Apalagi situs web ataupun aplikasi baik karya jurnalistik atau bukan,
menjadikan umpan klik sebagai strategi utama sehingga membuat judul yang
nyeleneh, menipu, berbau porno dan menepikan etika publik. Situs web model
begini hanya tinggi di awal, terlihat sukses, rating naik namun sebenarnya
mereka sedang menggali kuburan mereka sendiri untuk kemudian hilang dan
dilupakan.
Gaib Maruto Sigit
Pengurus Pusat Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI)
No comments:
Post a Comment