Kemajuan
teknologi informasi berdampak pada perubahan perilaku individu. Era serba
digital merambah aktivitas sosial masyarakat khususnya di perkotaan. Hal ini
bisa dilihat dari tingginya angka penggunaan internet dan aplikasi di Indonesia
melalui smartphone yang mencapai
pengguna.
Perubahan situasi ini juga termasuk pada perubahan
pemanfaatan dan penggunaan media. Diyakini pada sejumlah kalangan muda dan
milenial sudah hampir meninggalkan media konvensional, begitu sebagian orang
menyebutnya atau media mainstream. Saat ini mereka berbondong-bondong mengakses
internet untuk mendapatkan hiburan atau informasi melalui aplikasi, youtube,
instagram dan beragam wahana digital lainnya yang sesuai dengan keinginan dan
tujuan penggunanya.
Transformasi Media
Kehadiran aplikasi ojek online yang bisa mengantar apa
saja dikhawatirkan akan berdampak pada industri sejenis, seperti jasa
transportasi, pengiriman, dll. Kehadiran market place dan online shopping juga
dikhawatirkan akan menghancurkan industri atau usaha kelontong, pakaian, dan
keperluan rumah tangga lainnya. Apalagi belanja online memiliki keunggulan,
mulai dari harga, fasilitas, kemudahan dan fleksibilitas. Bahkan hanya membeli
satu barang pun dilayani dan diantar dengan bebas ongkos kirim, belum lagi
banyaknya diskon yang diluar kewajaran.
Lantas apakah industri-industri tersebut otomatis
gulung tikar? Faktanya memang ada yang mati, ada yang pingsan, ada yang
berbenah dan adapula yang tetap eksis tidak berpengaruh. Namun kondisi ini
normal saja bagian dari persaingan dan era baru yang harus ada penyesuaian.
Pada akhirnya akan ada keseimbangan baru dan bisnis akan berjalan seperti
biasanya.
Bagaimana dengan kondisi media mainstream kita? Apakah
saat ini benar-benar akan tenggelam diterjang ombak digital?
Pastinya para pengelola media tidak diam saja
menghadapi situasi ini. Menjamurnya media sosial yang bisa menjelma sebagai
penyampai pesan dalam bentuk teks, foto dan video. Media digital berbentuk aplikasi atau bentuk
lain yang memiliki konten hiburan serta berita, menjadi tantangan tersendiri.
Dalam diskusi dengan beberapa teman yang menekuni
media dan masih aktif sampai saat ini. Media mainstream melihat situasi ini
sebagai sesuatu yang pasti akan terjadi. Perubahan zaman seiring dengan
kemajuan teknologi mengubah banyak hal. Apa yang bisa dilakukan agar media
mainstream tetap hidup di tengah deru ombak digital yang begitu kencang?
1. Konsolidasi
Konsolidasi internal mutlak dilakukan dengan melakukan
review dan melihat proyeksi situasi bisnis ke depan. Konsolidasi ini terkait
dengan organisasi, SDM, bisnis hingga operasional harian. Dengan melihat lagi
ke dalam, diharapkan dapat menemukan bagian-bagian yang inefisensi, kurang
berkembang, kurang maksimal atau bagian yang tidak berfungsi sama sekali
sehingga bisa di hilangkan atau diganti sesuai dengan plan bisnis di era
digital.
2. Bisnis Model
Suka tidak suka, terima atau tidak terima, cepat atau
lambat, perubahan itu akan datang. Harapannya saat perubahan itu terjadi, kita
sudah siap menahan anginnya bahkan memanfaatkan angin itu sebagai tenaga baru,
sumber uang baru, bisnis baru.
Di era digital saat ini, organisasi sudah harus
menyegarkan model bisnis yang lama dengan memperkuat bisnis model yang sesuai
dengan zamannya. Menjadikan era digital sebagai lahan baru, kolaborasi untuk
memenuhi rencana bisnis yang sudah ditentukan.
3. Budaya Kerja
Membangun budaya kerja baru di tengah kenyamanan
situasi sebelumnya bukanlah pekerjaan mudah. Mereka yang biasa kerja dengan
waktu harus berubah dengan kerja fleksibel tanpa waktu. Selain itu kerja di era
digital tidak bisa lagi hanya focus pada satu bidang saja, sekarang semua harus
bisa multitasking. Seorang produser misalnya tidak bisa lagi hanya menyusun
program acara tapi dia harus mengeksekusinya dan ikut mempromosikan acaranya.
Bukan lagi sekadar menghadirkan orang di medianya tapi juga membuat tayangannya
tersebut merambah ke luar medianya sehingga lebih banyak dinikmati orang lain.
4. Pemetaan SDM
Yang sangat penting juga adalah soal SDM. Tuntutan
saat ini memaksa organisasi harus memiliki SDM andal, yang up to date dan bisa
mengerjakan banyak hal. Karena itu penting dilakukan pemetaan SDM di semua
lini, disesuaikan dengan kebuthan perusahaan dan bisnis model. Setelah
dipetakan, lakukan pelatihan, training agar mereka fit up dengan bisnis kita.
Berlari dalam situasi saat ini mutlak dilakukan, SDM yang lambat, kaku, tidak
mau berubah, terpaksa harus ditinggalkan.
Gaib M. Sigit
Pemimpin Redaksi Radio MNC Trijaya 104.6 FM
No comments:
Post a Comment