Tahun 1998, awal saya lulus kuliah, saya pernah dipanggil
wawancara dengan station manager di sebuah radio swasta di Jakarta.
“Hai, April. Kamu sukanya baca apa?”
Saya
menjawab beberapa buku yang terakhir saya baca.
“Kalau majalah atau koran?”
Saya
menjawab koran dan majalah berita/politik yang biasa saya baca.
Station
manager itu tersenyum.
“Hmm, kalau Majalah XXX (dia menyebutkan majalah
lifestyle anak muda)”
“Jarang, Pak,” saya jawab dengan jujur.
Setelah
itu, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan kegiatan saya
sehari-hari, termasuk kegiatan kalau senggang dan Sabtu-Minggu.
Sampai
akhirnya, perbicangan berakhir di ...
“Well, suara kamu bagus.
Cara kamu bicara di mic juga asyik. Cuma saya khawatir kamu nggak akan enjoy kalau siaran di sini.
Kalau saya lihat dari keseharian kamu tadi, kamu lebih cocok jadi penyiar di
radio yang cenderung serius, ada talkshow dan berita, bukan radio hura-hura
seperti kami. Karena mungkin lagu-lagunya juga beda dari yang biasa kamu suka.”
Ya,
setiap radio memiliki segmentasi pendengar yang berbeda-beda. Ada yang
menyasar anak muda, ibu-ibu, wanita kantoran, hingga profesional muda. Hal ini
tentu berpengaruh pada program dan air personality dari tiap
penyiar.
Lebih
menyenangkan jika kita menjadi penyiar yang “kita banget”. Kita suka lagu-lagunya, kita
suka dengan acara yang kita bawakan.
Bayangkan
jika kita harus menjadi penyiar dan host di radio berita sementara kita jarang
membaca berita, kita kurang kenal dengan nara sumbernya, sehingga hasil
wawancaranya jadi garing. Bahkan bisa-bisa narasumber atau pendengar akan
berpikir, “penyiar ini
menguasai masalah nggak, sih?”
Begitu
juga dengan gaya siaran. Mereka yang siaran di radio yang pendengarnya
perempuan tentu berbeda dengan yang pendengarnya anak muda. Kalau bicara dengan
perempuan, kita dituntut bicara halus, memahami apa yang biasa perempuan
lakukan dan pikirkan; soal belanja, masak, mengurus anak, dan lain-lain.
Sementara dengan anak muda, kita dituntut untuk dekat dengan istilah-istilah
yang lazim digunakan anak muda.
Memang, semua bisa dipelajari tapi membangun kecintaan dengan radio tempat
kita (akan) bekerja, itu tidak mudah. Maka, kalau tertarik untuk siaran di
suatu radio, coba deh dengarkan program-program dan lagu-lagunya setiap hari.
Kalau kita suka, mungkin bisa berjodoh. Kalau sudah menemukan radio yang tepat,
mulailah untuk belajar gaya siaran penyiar di sana. Kalau diminta mengirim
contoh suara, sesuaikan dengan gaya siarannya, ya. Jangan lupa, banyak baca dan
pelajari lagu-lagu yang biasa diputar di radio tersebut. (AP)
mantul! ahahaha :v
ReplyDelete